Konten Bisa Bikin Untung, Bisa Juga Buntung: Belajar dari Kasus Nyata UMKM
Konten Bisa Bikin Untung, Bisa Juga Buntung: Belajar dari Kasus Nyata UMKM
Konten menjadi senjata utama bagi UMKM untuk menembus pasar yang semakin kompetitif. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa satu konten bisa mengangkat penjualan hingga berkali-kali lipat, namun di sisi lain, satu kesalahan kecil dalam konten juga bisa menghancurkan reputasi yang telah dibangun bertahun-tahun. Konten, hari ini, ibarat pisau bermata dua: bisa bikin untung, tapi juga bisa bikin buntung.
Berbagai kisah nyata UMKM di Indonesia telah membuktikan hal ini. Sebuah brand makanan rumahan, misalnya, pernah viral setelah pemiliknya membagikan kisah perjuangan membangun bisnis dari dapur kecil di rumah kontrakan. Kisah yang jujur, dikemas dalam video sederhana, menyentuh banyak orang, dan dalam hitungan hari, pesanan meledak. Namun sebaliknya, ada pula kasus di mana sebuah UMKM fashion lokal dihujat netizen karena dinilai meniru desain brand lain, dan unggahan klarifikasi yang defensif justru memperkeruh situasi. Dalam sekejap, komentar negatif membanjiri akun mereka, dan penjualan pun anjlok drastis.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa membuat konten bukan hanya soal estetika, tapi juga soal empati, etika, dan pemahaman mendalam tentang audiens. Konten yang baik bukan sekadar visual menarik atau kata-kata promosi. Ia harus mampu membangun narasi yang jujur, merepresentasikan nilai-nilai brand, dan tetap selaras dengan norma sosial dan budaya digital. Konten yang tidak sensitif terhadap isu sosial, menggunakan humor yang menyinggung, atau memanfaatkan tren dengan cara yang tidak bijak, bisa berujung pada krisis citra yang merugikan jangka panjang.
Selain itu, penting bagi UMKM untuk menyadari bahwa kecepatan viral tidak selalu berbanding lurus dengan keberlanjutan bisnis. Banyak pelaku usaha yang tergoda membuat konten sensasional demi engagement, tanpa memikirkan apakah pesan yang disampaikan sejalan dengan brand mereka. Mereka lupa bahwa konten bukan sekadar alat untuk ‘terlihat’, tetapi jembatan untuk membangun relasi dan kepercayaan dengan konsumen.
Belajar dari berbagai kasus nyata, UMKM perlu memiliki pendekatan strategis dalam membuat konten. Ini mencakup riset audiens, pemilihan isu yang relevan, kejelasan pesan yang ingin disampaikan, serta konsistensi dalam membangun identitas brand. Di sisi lain, mereka juga perlu siap dengan manajemen krisis digital—karena dalam dunia maya yang sangat cepat, respons yang lambat dan tidak tepat bisa memperburuk situasi.
Akhirnya, UMKM harus memahami bahwa setiap konten yang diunggah adalah representasi dari nilai dan identitas usaha mereka. Di tangan yang bijak, konten bisa menjadi investasi jangka panjang untuk membangun loyalitas konsumen. Tapi jika disalahgunakan, ia bisa menjadi bumerang yang menghantam balik. Maka dari itu, belajarlah dari yang sudah terjadi karena di dunia digital, satu klik bisa jadi berkah, tapi juga bisa jadi musibah.
Komentar
Posting Komentar